Pidato & Transkrip

Menciptakan Peluang dan Kesejahteraan di Asia Timur

21 Mei 2015


Presiden Kelompok Bank Dunia, Dr. Jim Yong Kim Universitas Indonesia, Jakarta, Indonesia

Sesuai yang Dipersiapkan untuk Penyampaian

Selamat siang. Terimakasih sudah menerima saya dengan ramah sekali. Saya senang berada di Jakarta hari ini.

Mengunjungi Asia Timur adalah hal yang istimewa untuk saya. Saya lahir di Korea, jadi saya merasa seperti separuh pulang ke rumah. Walau saya sering ke kawasan ini, tapi ini adalah kunjungan saya yang pertama ke Indonesia. Sebelum saya kemari, saya sudah mendapat masukan dari warga Indonesia seperti Anda -- Ibu Sri Mulyani, Direktur Pelaksana Kelompok Bank Dunia, dan, seperti yang Anda tahu semua, profesor di universitas ini. Beliau menyampaikan betapa istimewanya negeri ini. Beliau, dan banyak orang lainnya, telah menyampaikan betapa kaya dan beragamnya negeri Anda, dengan ekonomi maritimnya yang semakin berkembang, demokrasinya yang dinamis dan keindahan alam dari ribuan pulaunya. Saya melihatnya sendiri kemarin di Yogyakarta.

Indonesia adalah negeri yang menakjubkan. Saya belajar banyak hal yang mengagumkan dari Indonesia, antara lain keberhasilannya mengurangi kemiskinan ekstrim. Selama 15 tahun terakhir, Indonesia telah berhasil memangkas separuh jumlah penduduk yang hidup dengan pendapatan kurang dari $1.25 dolar per hari menjadi 11.3 persen saja. Itu artinya Indonesia telah membantu 25 juta orang keluar dari jurang kemiskinan. Ini kemajuan yang luar biasa.

Saya kagum secara profesional maupun pribadi. Saya sangat percaya akan upaya untuk memprioritaskan mereka yang lemah dan kurang berdaya. Mereka harus dibantu agar kondisi hidup dalam kekurangan tidak menghalangi kemampuan mereka meraih potensi maksimal.

Komitmen terhadap keadilan ini telah menjadi prinsip utama yang memandu karir saya. Prinsip tersebut menjadi semangat saya, sebagai dokter penyakit infeksi, untuk melayani kaum miskin dan masyarakat marjinal di Peru, Haiti, Lesotho, dan Rusia. Dan sebagai orang yang menangani kesehatan publik di Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), kami juga berupaya memberikan perawatan anti-retroviral untuk jutaan pasien AIDS di negara-negara berkembang.

Kelompok Bank Dunia bekerja di lebih dari 130 negara. Kami memberi asistensi teknis pada pertanian di Rwanda dan reformasi sektor publik di Brazil. Kami bekerja dengan Tiongkok untuk perubahan iklim dan peningkatan kualitas sistem pelayanan kesehatan. Kami membantu memudahkan iklim berusaha di belasan negara. Dan motivasi kami adalah keadilan sosial. Kami telah menyelaraskan pekerjaan kami dengan dua tujuan utama – untuk mengakhiri kemiskinan ekstrim pada 2030 dan meningkatkan kesejahteraan bersama untuk 40 persen penduduk paling miskin di negara-negara berpendapatan rendah dan menengah.

Untuk meraih tujuan kedua, kami berupaya untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan 40 persen penduduk yang termiskin di angka yang lebih tinggi dari rata-rata nasional. Kedua tujuan ini menjadi simbol komitmen kami untuk memperbaiki kehidupan kaum miskin dan memerangi ketimpangan. Perang global melawan ketimpangan semakin menjadi prioritas setahun terakhir dan sudah selayaknya begitu jika kita ingin mencari solusi untuk Indonesia dan berbagai tempat lain demi meningkatkan kesejahteraan bagi kaum miskin dan rentan.

Dunia telah berubah secara signifikan selama beberapa dekade terakhir dan kami ikut berubah. Kami sendiri telah mengatur kembali organisasi kami agar dapat melayani kebutuhan negara-negara anggota secara lebih baik, dan dengan demikian, kami juga melayani kebutuhan kaum miskin. Negara-negara berpendapatan rendah dan menengah kini memiliki banyak sumber keuangan untuk pendanaan pembangunan yang ekonomis, tapi setahun terakhir mereka meminta kita meningkatkan dukungan pendanaan dan asistensi teknis yang mengiringinya. Selama dua tahun terakhir, negara-negara berpendapatan menengah seperti Tiongkok, India, Turki dan Brazil telah mengatakan bahwa mereka ingin memperbesar pinjaman mereka dan bekerja lebih erat lagi dengan kami.

Struktur kami yang baru memiliki fokus pada upaya mengumpulkan dan membagi pengetahuan dan pengalaman terbaik dalam bidang pembangunan dengan pemerintah, perusahaan dan organisasi masyarakat tentang berbagai pengetahuan dan pengalaman dalam bidang pembangunan seperti pertanian, kesehatan dan nutrisi, pendidikan, gender, perubahan iklim, energi, sanitasi, transportasi dan perlindungan sosial.

Sebagai akibatnya, kami bisa bekerjasama dengan pemerintah untuk menciptakan program pengentasan kemiskinan sesuai dengan kebutuhan masing-masing namun merefleksikan lebih dari 60 tahun pengalaman kami. Semua perencanaan program dilakukan berdasarkan berbagai analisa yang mencakup faktor-faktor setempat, termasuk demografi dan lokasi masyarakat yang hidup dalam kemiskinan ekstrim tersebut.

Melalui prestasi Indonesia yang besar dalam pengentasan kemiskinan ekstrim, Kelompok Bank Dunia telah belajar dari kesuksesan Indonesia tersebut. Khususnya, Indonesia telah mencapai pertumbuhan ekonomi yang sangat mengesankan dan membuat berbagai kebijakan yang membantu mendistribusikan kesejahteraan yang baru diperoleh itu. Pada saat yang sama, Indonesia juga telah menjadi ahli dalam melindungi masyarakat dari bencana alam dan membantu pemulihan mereka sehingga mereka segera bangkit dan tidak jatuh miskin akibat mengalami bencana.

Selama 10 tahun terakhir, pertumbuhan ekonomi di Indonesia telah mencapai rata-rata 6% per tahun. Ini pencapaian yang besar mengingat status Indonesia sebagai negara berpendapatan menengah dan berpenduduk nomor empat paling besar di dunia. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat, atau PNPM Mandiri, telah membantu mendistribusikan hasil pertumbuhan ekonomi secara merata ke seluruh penduduk. Pembangunan berbasis masyarakat ini telah menciptakan ratusan ribu pekerjaan dan mengurangi separuh biaya proyek-proyek infrastruktur. Dan inisiatif Rekompak yang saya kunjungi di Yogya kemarin, juga menggunakan pendekatan berbasis masyarakat pada upaya rekonstruksi rumah pascabencana. Program ini telah membantu ratusan ribu orang di Aceh dan Jawa untuk membangun hidup mereka kembali setelah tsunami dan gempa bumi yang menyebabkan kematian puluhan ribuan orang dan membuat mereka yang hidup jatuh miskin. Pengalaman rekonstruksi Indonesia ini telah direplikasi di Haiti, juga di Filipina setelah Taifun Haiyan dan hari ini di Nepal setelah gempa yang baru berlalu.

Kedua program ini menunjukkan bahwa Indonesia, seperti diungkapkan Presiden Joko Widodo baru-baru ini, bisa menjadi kekuatan positif untuk perdamaian dan kemakmuran di luar batas-batas negaranya.

Saya juga berharap bahwa peran potensial yang Indonesia bisa jalankan di Asian Infrastructure Investment Bank bisa menjadi tauladan sebagai pemimpin pembangunan global. Dengan standar lingkungan, tenaga kerja dan pengadaan yang kuat, AIIB bisa menjadi kekuatan baru dalam bidang pembangunan. Kami Kelompok Bank Dunia melihat AIIB sebagai mitra dalam perang melawan musuh bersama, yakni: kemiskinan.

Institusi pendanaan internasional yang ada di dunia, termasuk Kelompok Bank Dunia, IMF dan di Asia sini Asia Development Bank, kini bekerjasama secara erat. Kurang dari dua bulan lagi, dalam sebuah konferensi Pendanaan untuk Pembangunan di Addis Ababa, kami akan menyajikan kepada dunia visi bersama untuk menciptakan sumber pendanaan baru untuk menolong kaum miskin, meningkat dari milyaran dollar menjadi trilyunan dollar yang diperlukan oleh negara berkembang. Untuk proyek-proyek infrastruktur, celah pendanaan berkisar antara $1 trilyun dan 1,5 trilyun dolar per tahun. Kami berupaya semaksimal mungkin dengan IFC – institusi kami yang menangani sektor swasta dan melalui institusi yang menangani sektor publik, kami ingin mendukung negara-negara dalam mendanai proyek-proyek infrastruktur. Jadi tidak mengherankan ketika Tiongkok memperkenalkan organisasi pembangunan baru dan lebih dari 50 negara telah menyatakan komitmen untuk menjadi negara pendiri, kami di Kelompok Bank Dunia menyambut mereka. Lebih banyak institusi bisa berarti lebih banyak pembangunan yang bisa menolong kaum miskin. kami sudah mulai bekerjasama dengan AIIB untuk berbagi pengetahuan seiring dengan persiapan organisasi mereka. Kami harus selalu ingat: musuh kami bukan institusi lain, tapi kemiskinan.

Di Indonesia, celah pendanaan infrastruktur juga sangat besar – diperkirakan mencapai $600 milyar dolar selama lima tahun ke depan. Sangat mudah untuk dilihat – bahkan untuk pengunjung pertama seperti saya. Tadi pagi, saya datang ke Pelabuhan Sunda Kelapa dan Pelabuhan Tanjung Priok. Perbedaan di antara keduanya sangat besar. Jika fasilitas di Pelabuhan Sunda Kelapa hampir sama bagusnya dengan Pelabuhan Tanjung Priok, arus pergerakan barang bisa dipercepat, dan dengan demikian, akan mengurangi biaya dan membuat Indonesia menjadi lebih menarik untuk digunakan sebagai lokasi manufaktur. Saya terinspirasi oleh visi Presiden Joko Widodo untuk ekonomi maritim yang kuat, yang jika tantangan logistik bisa diatasi, bisa menambah 2 persen pada pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB).

Investasi di bidang lain juga harus dilakukan jika Indonesia ingin meningkatkan statusnya dari negara berpendapatan menengah menjadi negara berpendapatan tinggi. Jatuhnya harga komoditas sejak pertengahan tahun 2000an telah mengurangi nilai ekspor dan membuat tingkat pertumbuhan ekonomi lebih sulit dicapai. Pertumbuhan ekonomi memang dapat diperoleh dari sumber lain, seperti nilai manufaktur yang lebih tinggi, tapi tenaga kerja Indonesia saat ini kekurangan pengetahuan dan keterampilan untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan yang membutuhkan ketrampilan tinggi– bahkan ketika jumlah tenaga kerja Indonesia meningkat menjadi 15 juta orang dalam lima tahun mendatang.

Dua isu kesehatan juga menjadi masalah besar. Yang pertama adalah 37 persen balita di Indonesia menderita tubuh pendek (stunting) akibat kurangnya nutrisi. Stunting tidak hanya mengganggu pertumbuhan fisik, tapi juga kapasitas mental. Mereka, dan negara ini, harus membayar biaya yang sangat mahal di kemudian hari untuk situasi yang sesungguhnya bisa dicegah. Hal ini bisa dihindarkan. Masalah kedua adalah tingginya angka kematian ibu. Indonesia berhasil sedikit menurunkan angka kematian ibu ini, tapi angkanya masih terlalu tinggi jika dilihat dari status ekonomi Indonesia dan apalagi sesungguhnya perempuan Indonesia punya akses ke pelayanan kesehatan kandungan menyeluruh. Kami sangat ingin membawa pengetahuan global yang kami miliki pada kedua hal ini untuk membantu Indonesia menemukan solusinya dan mampu dengan tajam memangkas kasus-kasus stunting dan kematian ibu ini.

Solusi bisa datang dari mana saja. Di Filipina misalnya, program bantuan tunai berkondisi (conditional cash transfer program) yang didukung Kelompok Bank Dunia telah menguntungkan jutaan anak miskin dengan mengurangi tingkat putus sekolah dan meningkatkan kunjungan pada fasilitas kesehatan. Indonesia sudah memperoleh manfaat dengan mereplikasi inisiatif ini dengan Program Keluarga Harapan, yang mencapai 3.5 juta keluarga. Kami berharap program itu bisa memperbaiki kesehatan masyarakat dan membangun keterampilan dan pengetahuan dasar.

Beberapa hari lalu, saya ada di Korea untuk menghadiri World Education Forum. Di sana saya banyak berdiskusi dengan orang Korea dan saya terkejut, walaupun Korea memiliki salah satu angka kelulusan murid yang tertinggi di dunia, para orangtua masih mengeluh rendahnya kualitas guru. Orangtua Korea selalu mengatakan kepada anak-anaknya – Yeolsimhi gongbu hay – yang artinya: Belajarlah dengan semangat membara. Saya percaya bahwa Korea – yang tidak punya sumber-sumber alam melimpah seperti negara lain, termasuk Indonesia – berhasil membangun keajaiban ekonominya berdasarkan investasi mereka pada pendidikan, bahkan ketika para ahli, termasuk dari Bank Dunia, mengatakan Korea menghabiskan uang terlalu banyak untuk pendidikan.

Dalam diskusi saya dengan Presiden Joko Widodo and Wakil Presiden Jusuf Kalla, saya sangat kagum dengan komitmen mereka terhadap investasi yang sangat diperlukan pada bidang kemanusiaan, termasuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dan pengajaran di sekolah. Saya percaya Indonesia akan melakukan tindakan yang tepat dan berinvestasi habis-habisan untuk warganya. Saya percaya Indonesia akan berinvestasi pada anak-anaknya dengan memberi mereka makanan bergizi. Saya juga percaya negeri ini akan memperbaiki pelayanan kesehatan kandungannya sehingga proses persalinan bisa berlangsung lebih aman.

Tapi untuk semua mahasiswa yang hadir di sini hari ini, saya punya tantangan untuk Anda semua. Anda harus menuntut para professor dan para pemimpin untuk berinvestasi pada Anda. Jika Anda memperoleh dukungan itu, dan jika Anda punya komitmen tinggi terhadap studi Anda – Belajarlah dengan semangat membara – Anda akan menjadi bagian dari tenaga kerja yang kuat, yang menarik banyak investasi yang akan memompa pertumbuhan ekonomi. Indonesia bisa menjadi menara pijar dimana kesempatan yang setara adalah kenyataan. Namun hal itu tidak akan terjadi bila tidak ada investasi untuk kualitas hidup manusia yang sudah dicanangkan oleh pemerintahan Indonesia sekarang.

Seperti diketahui masyarakat Indonesia, Pemerintahan Presiden Joko Widodo mengambil beberapa inisiatif berani. Kami mendukung keputusan pemerintah untuk mengurangi subsidi bahan bakar minyak, yang berujung pada pengurangan pajak bagi kaum miskin, dan juga untuk membantu mitigasi perubahan iklim. Selain itu, pemerintah telah mulai merampingkan prosedur untuk izin usaha, yang akan mengurangi hambatan untuk penciptaan lapangan kerja dan kerawanan korupsi. Kami berharap semua tindakan ini berdampak positif pada pertumbuhan ekonomi.

Kami juga terkesan dengan bakat Indonesia dalam melakukan inovasi. Saya percaya, Presiden Joko Widodolah yang menunjukkan kepada Indonesia, bagaimana semangat inovasi, kegigihan dan semangat kewirausahaan bisa mengubah sebuah kota – dalam hal ini adalah Solo kampung halamannya, yang menjadi tauladan bagi upaya revitalisasi wilayah urban yang progresif.

Saya berharap hubungan dengan Indonesia akan semakin bertambah erat. Selama 3-4 tahun ke depan kami telah menawarkan hingga $12 milyar untuk mendukung pembangunan negeri ini.

Ini semua akan menjadi bagian dari hubungan kerjasama yang telah berlangsung produktif dan lama. Kantor perwakilan pertama Bank Dunia di luar Washington, DC dibuka pada 1968 di sini, di Jakarta! Sejak itu, kantor kami telah berkembang pesat dan sampai sekarang menjadi salah satu kantor perwakilan terbesar di seluruh dunia. Selama bertahun-tahun pemerintah Indonesia dan Bank Dunia telah bekerjasama di berbagai bidang untuk mengurangi kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan bersama. Kami adalah pendukung pertama Anda untuk pengembangan sektor pariwisata dan pada hari ini, Bali saja telah menarik lebih dari 3 juta wisatawan per tahun yang menghasilkan pendapatan sampai $5.5 milyar.

Kesuksesan kami sebagai institusi pembangunan dibangun berdasarkan kekuatan kemitraan dengan negara-negara seperti Indonesia. Kemitraan seperti ini sangat penting kala meniti proses panjang untuk mempertahankan pertumbuhan. Dengan bekerjasama, mari kita tingkatkan prestasi Indonesia dalam mengurangi kemiskinan ekstrim dan meningkatkan kesejahteraan. Dan dengan bekerja bersama, mari kita pastikan kesuksesan Indonesia akan berkontribusi pada dunia yang lebih adil dan merata. Terimakasih banyak.


Kontak Media
Di Jakarta
Din iDjalal
Telepon: +62-21-5299-3156
ddjalal@worldbank.org
Di Washington DC
Carl Hanlon
Telepon: +1 (202) 460-8526
chanlon@worldbank.org

Api
Api

Welcome