SIARAN PERS

Pertumbuhan Indonesia di 2014 diprediksikan melambat; risiko tetap tinggi

17 Desember 2013


Jakarta, 16 Desember, 2013 – Pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan akan melambat di 2014 dapat berubah arah dengan berbagai kebijakan makro tambahan yang terarah. Hal tersebut disampaikan dalam laporan perkembangan triwulan perekonomian Indonesia Bank Dunia (IEQ) terbaru, yang dirilis hari ini.

Pemerintah Indonesia telah mengambil sejumlah langkah guna memperkuat stabilitas makro jangka pendek, terutama lewat penyesuaian kebijakan moneter dan nilai tukar rupiah. Namun untuk meningkatkan perdagangan dan merangsang laju pertumbuhan jangka panjang, yang diperlukan adalah reformasi struktural yang lebih luas.

“Indonesia telah melewati tahun penuh tantangan dengan jatuhnya permintan ekspor dan harga komoditas, selain juga pasar modal yang bergejolak dan sulitnya memperoleh dana eksternal. Kebijakan moneter telah mendukung penyesuaian ekonomi,” kata Kepala Perwakilan Bank Dunia untuk Indonesia, Rodrigo Chaves . “Indonesia akan menerima manfaat bila pemerintah berfokus pada investasi yang bersifat jangka panjang, karena Indonesia memerlukan lebih banyak investasi. Kebijakan moneter sebaiknya tidak merupakan tanggapan yang dominan.”

Bank Dunia memprediksikan pertumbuhan PDB Indonesia turun dari level 5,6 persen di 2013 menjadi 5,3 persen di 2014. Salah satu alasan untuk pelemahan prediksi kami adalah penurunan investasi -- yang hanya tumbuh 4,5 persen di kuartal ketiga – terutama untuk alat berat dan industri mesin.

Proyeksi Bank Dunia masih diwarnai sejumlah risiko tinggi, dan tertuju pada pertumbuhan yang lebih lemah. Rencana penghapusan stimulus bank sentral Amerika Serikat (US Federal Reserve) diperkirakan akan membuat kondisi pasar modal dunia terus bergejolak dan menghambat akses Indonesia terhadap dana eksternal. Pertumbuhan konsumsi domestik – yang selama ini cukup tangguh – juga diperkirakan bakal melemah. Proyeksi keuangan juga terlihat rentan akibat belanja subsidi BBM.

Defisit neraca akun berjalan diperkirakan akan menyusut dari $31 milyar (3,5 persen PDB) di 2013 menjadi $23 milyar di 2014 (2,6 persen PDB), akibat lemahnya pertumbuhan impor dan permintaan ekspor yang meningkat secara moderat.

Dalam rangka menyikapi defisit neraca akun berjalan, yang perlu dilakukan bukanlah menekan tingkat impor, tetapi dengan menaikkan ekspor dan mengamankan ketersediaan dana eksternal, terutama investasi asing langsung (FDI).

“Langkah-langkah perbaikan terhadap iklim usaha sangat penting untuk menarik investasi. Membuat peraturan perdagangan dan logistik lebih sederhana juga dapat membantu mendongkrak ekspor,” ujar Ndiame Diop, Ekonom Utama Bank Dunia untuk Indonesia .

Kontak Media
Dalam Jakarta
Dini Sari Djalal
ddjalal@worldbank.org



Api
Api

Welcome