SIARAN PERS

JRF Memasuki Tahap Akhir: Meningkatkan Ketangguhan Masyarakat Demi Tercapainya Masa Depan yang Mandiri

02 November 2010




Untitled Document

Semarang, 2 November 2010 – Kegiatan Java Reconstruction Fund (JRF) telah memasuki fase akhir dengan mencapai hasil yang signifikan. Dengan mandat JRF berakhir pada Desember 2011 dan proyek-proyek yang didananinya tutup pada Juni 2011, kegiatan saat ini difokuskan pada pemenuhan target yang telah disepakati dan penyusunan strategi penutupan agar aset rekonstruksi, fisik dan non fisik, yang akan ditinggalkan dapat terus mendatangkan manfaat bagi masyarakat. Seperti yang telah disebutkan di Laporan Perkembangan JRF 2010, hampir 74 juta dollar AS telah dialokasikan untuk proses rekonstruksi dan rehabilitasi perumahan dan infrastruktur masyarakat dan sekitar 15 juta dollar AS untuk pemulihan mata pencaharian.

Dalam upaya untuk mencapai keberlanjutan, JRF telah memasukkan unsur pengurangan risiko bencana ke dalam kegiatan rekonstruksi yang saat ini masih berlangusng. Hal ini dilakukan agar ketangguhan dan kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana dapat kian ditingkatkan. Oleh sebab itu kegiatan JRF saat ini tengah terpusat pada pemulihan mata pencaharian dan memasyarakatkan strategi Pengurangan Risiko Bencana (PRB) melalui pengembangan Rencana Pembangunan Permukiman (RPP). Kedua upaya tersebut diharapkan memiliki dampak sistemik yang berjangka panjang.

“JRF telah memberikan berbagai pembelajaran yang positif dalam proses penanganan dan pemulihan bencana. Pendekatan partisipatif yang diterapkan oleh JRF dalam rekonstruksi perumahan, contohnya, dikombinasikan dengan kearifan budaya lokal yaitu gotong royong telah terbukti sangat berhasil. Hal ini dapat dilihat dari tingkat kepuasan penerima manfaat yang mencapi 99 persen,” ungkap Deputi Menteri Bidang Pengembangan Regional dan Otonomi Daerah, BAPPENAS Dr. Max Hasudungan Pohan pada saat peluncuran Laporan Perkembangan JRF 2010 di Semarang hari ini.

Pendekatan berbasis komunitas yang sukses diterapkan di Aceh dan didanai oleh fasilitas hibah serupa yaitu Multi Donor Fund (MDF) telah berhasil direplikasi oleh JRF dan telah diadopsi oleh Pemerintah Indonesia untuk diterapkan pada upaya rekonstruksi perumahan pasca bencana di masa yang akan datang. Dibawah JRF, proyek perumahan yang dilaksanakan oleh Kementerian Pekerjaan Umum, atau yang lebih dikenal dengan REKOMPAK (Proyek Rehabilitasi dan Rekonstruksi Masyarakat dan Permukiman Berbasis Komunitas), telah berhasil menyelasaikan lebih dari 15,000 struktur rumah inti di wilayah Jawa Tengah, DIY dan sebagian Jawa Barat. Pendekatan konstruksi dan standar bangunan yang digunakan di lebih dari 270 desa tersebut menggunakan metode tahan gempa.

Program pemulihan mata pencaharian JRF telah melakukan kegiatan di lebih dari 43 desa di sekitar Jawa Tengah dan Yogyakarta. Melalui dua proyek, program ini telah berhasil melakukan berbagai terobosan dalam memulihkan bahkan meningkatkan mata pencaharian masyarakat yang terkena dampak gempa. Proyek-proyek yang dilaksanakan oleh International Organization for Migration (IOM) dan Deutsche Gessellschaft fuer Technische Zussammenarbeit (GTZ) memiliki target untuk membantu lebih dari 13,000 UMKM dalam memperbaiki kualitas produksi, ketrampilan usaha serta membuka akses ke lembaga keuangan. Kedua proyek ini telah memberikan dampak yang sangat positif bagi para perempuan yang terkena dampak bencana tahun 2006. Mendekati 50 persen penerima manfaat, baik bagi proyek yang diterapkan oleh IOM maupun GTZ adalah perempuan yang saat ini sedang menikmati peningkatan penghasilan bagi rumah tangganya.
“Kami sangat bersyukur karena sudah diberikan pelatihan oleh GTZ. Sekarang kami menjadi mendapatkan wawasan baru dan bisa membantu meningkatkan pendapatan keluarga,” ujar Sanikem yang merupakan ketua Kelompok Tenun Sari dari Desa Grogol, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah.

Manajer JRF, Shamima Khan dalam paparannya menekankan bahwa kinerja JRF kian meningkat dan diperkirakan dapat mencapai sasarannya hingga waktu penutupan tahun 2011. Hingga akhir periode pelaporan, yaitu 30 Juni 2010, JRF telah berhasil mengalokasikan kurang lebih 81 persen dari total dana hibah yang terkumpul atau sekitar 72 juta dollar AS.

Pada penutupannya, Shamima menegaskan “JRF akan terus memenuhi komitmennya untuk membantu pemulihan di wilayah yang terkena dampak gempa bumi dan tsunami pada tahun 2006. Saat ini kami tengah meningkatkan kerjasama dengan pemerintah daerah terkait dalam menyusun strategi penutupan agar dampak dan manfaat yang telah dihasilkan oleh JRF dapat mencapai keberlanjutan.” Menurutnya bencana letusan Gunung Merapi yang saat ini terjadi lebih jauh membuktikan pentingnya membangun masyarakat yang tangguh dan mandiri serta memiliki kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana.





Mengenai JRF
Java Reconstruction Fund (JRF) adalah fasilitas hibah multi donor yang berdiri sebagai tanggapan atas terjadinya gempa bumi pada bulan Mei 2006 yang melanda Provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta serta atas tsunami yang menerpa pantai selatan Provinsi Jawa Barat pada Juli 2006. Fasilitas hibah ini berdiri atas permintaan Pemerintah Indonesia, dalam rangka mendukung upaya dan prioritas pemerintah dalam merekonstruksi dan merehabilitas daerah yang terkena dampak bencana. Mandat JRF berakhir pada Desember 2011.

Fasilitas ini mendapatkan kontribusi dari tujuh donor dan memiliki Bank Dunia sebagai Wali Amanah. Para donor adalah Uni Eropa, Pemerintah Belanda, Pemerintah Inggris, Bank Pembangunan Asia (ADB), Pemerintah Kanada, Pemerintah Denmark dan Pemerintah Finlandia. Total kontribusi yang dikelola oleh JRF mencapai AS$94.06 juta.

Kontak Media
Dalam Jakarta
Puni Ayu A. Indrayanto
Telepon: 021 5299 3437, 0818877016
pindrayanto@worldbank.org



Api
Api

Welcome