SINGKAT

Bank Dunia dan isu kesehatan di Indonesia

10 Agustus 2014


Image
The World Bank


Hasil kesehatan telah membaik secara signifikan di Indonesia sejak 1960-an. Tingkat kematian anak turun dari 220 per 1.000 kelahiran hidup di tahun 1960 menjadi 45 per 1.000 kelahiran hidup di tahun 2007. Hasil awal Survei Kesehatan Demografi Indonesia (IDHS) 2007 menunjukkan penurunan signifikan dalam Rasio Kematian Ibu (MMR). Sama halnya, status nutrisi pun menunjukkan kemajuan pesat dari 38 persen di tahun 1990 menjadi 25 persen di tahun 2000. Faktor-faktor ini memberi kontribusi terhadap peningkatan harapan hidup dari 43 di tahun 70-an menjadi 70,5 di tahun 2008. Walaupun ada kemajuan di atas, peningkatan dalam Tingkat Kematian Anak (IMR), telah melambat, bahkan stagnan dalam lima tahun terakhir. Nilai rata-rata nasional menutupi seriusnya perbedaan geografis yang sedang terjadi termasuk variasi substansial dalam IMR antar provinsi dan tingkat malnutrisi. Perbedaan ini juga ditunjukkan dalam cakupan program kesehatan, misalnya kunjungan pada masa kehamilan, perawatan kelahiran yang terampil, serta tingkat imunisasi bayi yang lengkap.

Pada saat yang sama, Indonesia menghadapi tantangan demografi, beragam epidemi, dan berada pada persimpangan jalan nutrisi. Penyakit menular tetap merupakan tantangan signifikan terhadap sistem kesehatan seperti yang ditunjukkan dengan meningkatnya tren berbagai penyakit menular yang terabaikan, misalnya filariasis. Deteksi kasus tuberkulosis sangat bervariasi lintas wilayah. Pertumbuhan epidemi HIV/AIDS di kalangan kelompok berisiko tinggi sangat mengkhawatirkan, walaupun tetap terkonsentrasi, dengan tingkat prevalensi rendah di antara populasi umum. Penyakit tidak menular termasuk penyakit kardiovaskular, penyakit metabolisme, dan kanker, juga telah
terdeteksi meningkat dan menjadi penyebab utama kematian.

Investasi signifikan oleh Pemerintah dan masyarakat internasional yang menekankan perangkat keras sistemis telah meningkatkan akses ke perawatan kesehatan tapi kualitas yang buruk dan inefisiensi tetap merupakan hal yang mengkhawatirkan. Kinerja kesehatan yang lemah mengindikasikan tetap adanya inefisiensi dalam sistem kesehatan. Penyediaan layanan kesehatan sangat tergantung pada sektor publik, dan walaupun sektor swasta memiliki peran penting dalam penyampaian layanan, pengawasan sektor swasta masih lemah. Akses atas layanan berkualitas sering terhalang oleh kurangnya pekerja kesehatan yang berkualifikasi terutama bagi masyarakat miskin dan mereka yang tinggal di daerah terpencil.

Strategi Departemen Kesehatan memiliki empat pilar: pemberdayaan masyarakat; pembiayaan kesehatan; akses ke layanan kesehatan; dan pengawasan. Pilar ini diterjemahkan menjadi program untuk mencapai tujuan berikut: pemberdayaan masyarakat akan dicapai melalui program Desa Siaga, yang mengawasi pekerja kesehatan (bidan dan/atau perawat) di setiap desa sampai 2009.Desentralisasi memberikan tantangan sekaligus peluang bagi sektor kesehatan. Di satu sisi, pembagian peran dan tanggung jawab kepada tingkat pemerintahan yang berbeda perlu diklarifikasi, misalnya dalam pengelolaan personel kesehatan. Di sisi lain, belanja untuk kesehatan publik dan porsi belanja publik di tingkat daerah setelah desentralisasi telah meningkat secara signifikan, pengeluaran pribadi masyarakat dan efisiensi alokasi dalam anggaran publik tetap merupakan hal penting dalam sistem pembiayaan kesehatan. Porsi pengeluaran pribadi masyarakat untuk kesehatan masih signifikan yang berarti tetap ada risiko untuk jatuh ke dalam kemiskinan karena peristiwa kesehatan yang fatal. Cakupan asuransi kesehatan bagi masyarakat miskin, yang sebelumnya dikenal sebagai Askeskin dan sekarang menjadi Jamkesmas, telah diperluas sehingga menjangkau lebih dari 30% populasi, dan diproyeksikan akan menjangkau seluruh populasi di masa depan. Keputusan seperti ini memerlukan evaluasi menyeluruh atas skema yang ada, termasuk analisis dan penilaian atas pilihan yang tersedia yang juga memperhitungkan kapasitas kelembagaan dan fiskal.


Masalah utama dalam latar desentralisasi

  • Meningkatkan alokasi untuk kesehatan sekaligus meningkatkan efisiensi alokasi.
  • Memprioritaskan kesehatan ibu dan anak (atau reproduktif.
  • Memastikan ketersediaan informasi andal dalam mendukung proses pengambilan keputusan, misalnya NHA, biaya unit, permintaan informasi mengenai perkembangan skema asuransi kesehatan.


Program dukungan Bank Dunia

Kualitas Pendidikan Profesional Kesehatan (HPEQ)

Tujuan Pengembangan Proyek spesifik adalah untuk meningkatkan pendidikan tinggi dalam sektor kesehatan melalui hal berikut:

  • Penguatan kebijakan dan prosedur untuk akreditasi sekolah. Persiapan proyek akan berfokus pada pembangunan konsensus mengenai akreditasi kebijakan, standar, dan proses melalui serangkaian pertemuan keputusan yang menyertakan pemangku kepentingan utama untuk setiap profesi. Implementasi proyek akan mendukung pelaksanaan rencana tindakan untuk menggunakan standar akreditasi. Sumber daya proyek akan digunakan untuk biaya bantuan teknis, lokakarya, pelatihan, terbatasnya peralatan untuk implementasi proses akreditasi.
  • Memastikan standar kualitas pendidikan melalui sertifikasi lulusan menggunakan ujian berdasarkan kompetensi nasional. Selama persiapan, proses analog untuk membangun dan merumuskan konsensus di antara pemangku kepentingan akan menghasilkan kesepakatan mengenai program untuk mengembangkan dan menggunakan ujian berdasarkan kompetensi nasional di tingkat sekolah. Sumber daya proyek akan digunakan untuk biaya bantuan teknis, lokakarya, pelatihan, terbatasnya peralatan untuk implementasi ujian berdasarkan kompetensi dan sertifikasi.
  • Peningkatan kualitas sekolah melalui hasil berdasarkan hibah. Sambil mengembangkan kesepakatan mengenai akreditasi dan sertifikasi yang merupakan tugas inti persiapan proyek, proyek akan menggunakan hibah berbasis hasil untuk (i) upaya tingkat sekolah untuk memenuhi standar akreditasi; dan (ii) dukungan oleh sekolah-sekolah terkemuka dalam mempercepat kemajuan di antara sekolah-sekolah yang kurang kuat. Komponen ini akan menggunakan kesepakatan implementasi yang sebanding dengan yang berhasil digunakan dalam proyek pendidikan tinggi sebelumnya, termasuk Kualitas Proyek Pendidikan Strata Satu (QUE).

Info lanjut mengenai proyek HPEQ





Welcome