Skip to Main Navigation
SIARAN PERS04 Mei 2023

Laporan Kelompok Bank Dunia Mengusulkan Kebijakan dan Investasi Mendukung Pencapaian Tujuan Pembangunan dan Aksi Iklim Indonesia

JAKARTA, 3 Mei — Indonesia dapat menyelaraskan cita-cita terkait iklim dan pertumbuhannya dengan kebijakan yang mengurangi ketergantungan pada energi berbasis fosil, demikian menurut laporan Kelompok Bank Dunia. Indonesia juga dapat menjalankan reformasi yang memungkinkan perusahaan dan para pekerja berpartisipasi dalam ekonomi yang lebih hijau, sekaligus melindungi rakyat dan sumber dayanya dari dampak langsung perubahan iklim.

Ketersediaan lahan yang melimpah - hutan dan lahan gambut yang kaya karbon - dan sumber daya energi (dari bahan bakar fosil, khususnya batu bara), telah membentuk profil emisi Indonesia. Lahan dan energi menyumbang sekitar 90 persen dari emisi gas rumah kaca Indonesia. Deforestasi dan kebakaran hutan secara historis menyumbang lebih dari 42 persen emisi.

Country Climate and Development Report (CCDR) untuk Indonesia yang disusun oleh Kelompok Bank Dunia mencatat bahwa emisi hanya separuh dari cerita dan kemampuan untuk terus beradaptasi dengan guncangan iklim akan menjadi sangat penting untuk menghindari turunnya output ekonomi dan kesejahteraan rumah tangga. Antara tahun 1990-2021, Indonesia mengalami lebih dari 300 bencana alam, termasuk 200 kejadian banjir yang berdampak pada lebih dari 11 juta orang. Terjadi peningkatan frekuensi  bencana alam ‒ dengan kejadian bencana terkait iklim mencapai sekitar 70 persen dari total. Ketika perubahan iklim memengaruhi seluruh penduduk, rakyat miskin dan rentan ‒ sepertiga dari jumlah populasi – cenderung menanggung beban yang tidak proporsional.  

“Indonesia telah berkomitmen mengatasi tantangan terkait iklim dan pembangunan dalam Nationally Determined Contributions (NDCs). Bank Dunia mendukung reformasi kebijakan dan investasi Indonesia untuk memisahkan pertumbuhan dari emisi karbon, suatu upaya yang dapat memperkuat ketahanan ekonomi terhadap meningkatnya kejadian terkait dampak iklim,” kata Wakil Presiden Bank Dunia untuk Asia Timur dan Pasifik Manuela V. Ferro.

CCDR Indonesia menggambarkan bagaimana Indonesia dapat memastikan transisi yang terjangkau menjadi suatu perekonomian yang rendah karbon dan berketahanan iklim. Pengurangan sumber daya padat karbon dapat didukung melalui misalnya perluasan perlindungan hutan secara berkelanjutan, pencabutan Domestic Market Obligation secara bertahap untuk batu bara, serta meningkatkan insentif untuk  energi terbarukan. Upaya reformasi seperti pelonggaran Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) untuk memproduksi panel surya juga dapat memberikan kontribusi. Namun, hal ini berarti membutuhkan adanya pengurangan permintaan terhadap sumber daya yang padat karbon melalui misalnya peningkatan hasil-hasil pertanian, penguatan kapasitas jaringan listrik untuk menyerap tambahan energi terbarukan, serta mendorong investasi publik dan swasta pada sektor transportasi rendah karbon.

Indonesia juga dapat melengkapi langkah-langkah ini dengan kebijakan untuk mengalokasikan sumber daya ke bagian-bagian perekonomian yang lebih hijau dan lebih produktif. Kebijakan fiskal yang meningkatkan harga karbon, memperdalam pasar keuangan hijau, serta memperkuat kapasitas sektor keuangan untuk menilai risiko iklim adalah hal-hal yang dapat membantu.

Indonesia telah berkomitmen untuk mengatasi tantangan iklim dan pembangunan. Komitmen mitigasi dan adaptasi dituangkan dalam Enhanced Nationally Recognized Contributions (ENDC) Indonesia sesuai Persetujuan Paris tahun 2015. Selain pengurangan emisi tanpa syarat sebesar 31,9 persen terhadap target proyeksi emisi melalui skenario Business as Usual (BAU) untuk tahun 2030, ditetapkan juga target pengurangan hingga 43,2 persen dengan adanya dukungan internasional. Lebih dari 60 persen target pengurangan emisi yang ditetapkan di dalam ENDC Indonesia dimaksudkan untuk dipenuhi melalui kegiatan di bidang kehutanan dan penggunaan lahan lainnya (Forestry and Other Land Use – FOLU). Setelah FOLU, pengurangan emisi terbesar diharapkan terjadi pada sektor energi.

“Indonesia telah membuat komitmen yang disambut baik dalam mitigasi dan ketahanan iklim, termasuk berbagai upaya dekarbonisasi di sektor lahan dan energi,” kata Kepala Perwakilan Bank Dunia untuk Indonesia dan Timor Leste Satu Kahkonen. “Upaya-upaya komplementer dalam hal kebijakan fiskal, sektor keuangan, investasi, dan perdagangan dapat membantu Indonesia mencapai tujuan-tujuan yang terkait iklim. Reformasi yang membantu meningkatkan sumber daya fiskal untuk pembangunan dapat membantu membangun dukungan terhadap transisi menuju model pertumbuhan ekonomi jangka panjang yang berkelanjutan, yang bermanfaat bagi seluruh rakyat Indonesia.”

Kontribusi energi surya dan angin pada bauran energi perlu segera ditingkatkan, akan tetapi menghadapi tantangan kelebihan kapasitas batu bara. Untuk meningkatkan investasi iklim, kebijakan seperti pajak karbon dan penargetan subsidi dapat memberikan insentif bagi investasi hijau. Kebijakan perdagangan seperti pengurangan hambatan non-tarif dapat membantu mendukung akses perusahaan terhadap input maupun pasar hijau.

“Sementara tantangan yang diakibatkan krisis iklim sangat besar dan mengakibatkan banyak korban jiwa dan berkurangnya mata pencaharian rakyat Indonesia, terdapat peluang besar untuk membawa investasi sektor swasta dalam membantu membentuk jalur yang berkelanjutan,” kata Wakil Presiden Regional IFC untuk Asia dan Pasifik Riccardo Puliti. “Di sektor energi saja, diperkirakan dua pertiga investasi modal, bernilai sekitar US$200–220 miliar antara tahun 2022 dan 2040, dapat dimobilisasi oleh sektor swasta, secara substansial didorong oleh proyek-proyek energi terbarukan. IFC memiliki sejarah yang kuat dalam merintis inovasi pendanaan iklim, termasuk dalam memandu pasar obligasi hijau di Indonesia, dan siap untuk terus mendukung cita-cita iklim negara ini.”

Rekomendasi Kunci

Untuk membantu Indonesia bertransisi ke jalur pertumbuhan rendah karbon serta memperkuat ketahanannya terhadap perubahan iklim, reformasi untuk transisi iklim dapat meliputi.

  • Memperkuat kerangka kebijakan yang mendukung net zero emission dari hutan dan penggunaan lahan, serta mengembangkan strategi pembiayaan untuk rencana FOLU Net Sink 2030.
  • Menjalankan strategi transisi energi berdasarkan rencana dekarbonisasi yang komprehensif, mempercepat reformasi harga dan subsidi, meningkatkan iklim investasi untuk energi terbarukan, serta mengelola dampak sosial dan kemiskinan akibat transisi tersebut.
  • Mengembangkan kerangka kebijakan mobilitas perkotaan nasional untuk mendukung transportasi dan perkotaan yang rendah karbon.
  • Menetapkan peta jalan reformasi yang mencakup pengembangan jalur penetapan harga karbon dan menggantikan subsidi listrik dengan transfer tunai untuk sasaran tertentu.
  • Memperkuat lingkungan pendukung untuk investasi hijau pada sektor keuangan dan swasta, termasuk dengan mengembangkan strategi penilaian risiko sektor keuangan.
  • Meningkatkan ketahanan banjir melalui perencanaan tata ruang dan pengembangan sistem peringatan dini.

 

Country Climate and Development Reports Kelompok Bank Dunia

Country Climate and Development Reports (CCDRs) Kelompok Bank Dunia adalah laporan diagnostik inti baru yang mengintegrasikan pertimbangan terkait perubahan iklim dengan pembangunan. Laporan-laporan ini akan membantu negara-negara dalam memprioritaskan tindakan yang paling berdampak yang dapat mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK) dan meningkatkan adaptasi, seraya mewujudkan tujuan pembangunan yang lebih luas. CCDR dibangun berdasarkan data dan penelitian yang teliti, serta mengidentifikasi jalur-jalur utama untuk mengurangi emisi GRK dan mengatasi kerentanan iklim, termasuk biaya dan tantangan serta manfaat dan peluang yang diciptakannya. Laporan tersebut menyarankan tindakan prioritas yang konkrit untuk mendukung transisi yang rendah karbon dan tangguh. Sebagai dokumen publik, CCDR bertujuan untuk menginformasikan pemerintah, warga negara, sektor swasta, dan mitra pembangunan serta memungkinkan adanya keterkaitan dengan agenda pembangunan dan iklim. CCDR akan menjadi masukan untuk diagnostik inti Kelompok Bank Dunia lainnya, keterlibatan dan operasional di negara mitra, dan membantu menarik pendanaan dan pembiayaan langsung untuk aksi iklim yang berdampak besar.

SIARAN PERS NO: 2023/068/EAP

Kontak

di Washington:
Mark Felsenthal
+1 (202) 458-0051
di Jakarta:
Lestari Boediono
+62-21-5299-3156

Blog

    loader image

TERBARU

    loader image