SIARAN PERS

Kawasan Asia Timur Mampu Melakukan Transformasi Energi – Dengan Biaya Tertentu, Menurut Laporan Bank Dunia

18 April 2010



 

Singapura-18 April, 2010 –Ke-enam negara pengguna energi utama di kawasan Asia Timur dapat menstabilisasi emisi gas rumah kaca pada tahun 2025 tanpa mengorbankan pertumbuhan, menurut hasil temuan laporan baru dari Bank Dunia.

Laporan tersebut, “Winds of Change: East Asia’s Sustainable Energy Future”, mengatakan bahwa investasi besar dalam efisiensi energi dan upaya bersama untuk mengganti sumber energi konvensional  dengan menggunakan sumber energi yang terbarukan di Cina, Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand dan Vietnam dapat secara bersamaan menstabilkan emisi gas rumah kaca, meningkatkan keamanan energi serta memperbaiki lingkungan hidup setempat.

Menurut laporan tersebut, dengan meningkatnya PDB sebesar 10 kali lipat di kawasan Asia Timur selama tiga dasawarsa terakhir telah berujung pada peningkatan konsumsi energi sebesar tiga kali lipat dimana diperkirakan bahwa penggunaan energi akan naik lagi sebesar dua kali lipat sejalan dengan meningkatnya penduduk perkotaan sebesar 50 persen dan berlanjutnya industrialisasi kawasan ini.

Penelitian ini mengembangkan dua skenario dimana pembangunan terus berjalan sesuai dengan kebijakan pemerintah saat ini dan jalur alternatif dengan pertumbuhan rendah karbon. Dalam jalur alternatif Pembangunan Energi Berkelanjutan atau Sustainable Energy Development, laporan ini menyatakan bahwa energi terbarukan (termasuk hidro, angin, biomassa, panas bumi dan Surya) dapat memenuhi persentase yang signifikan dari kebutuhan listrik kawasan ini menjelang tahun 2030.

Laporan ini menghimbau pemerintah-pemerintah untuk segera bertindak untuk mentransformasikan sektor energinya menuju efisiensi yang jauh lebih tinggi dan memperluas penggunaan energi yang bersih sebelum semuanya menjadi terlanjur. “Jendela peluang akan tutup dengan cepat karena tanpa mengambil tindakan segera akan mengunci kawasan ini ke dalam infrastruktur karbon-tinggi untuk jangka waktu yang lama,” cantum laporan tersebut.   

“Yang dibutuhkan adalah pergerakan paradigma yang menujumodel pembangunan rendah karbon yang baru dengan gaya hidup yang berkelanjutan,” kata Jim Adams, Wakil Presiden Bank Dunia untuk Asia Timur & Pasifik.Negara-negara ini perlu mengambil tindakan sekarang untuk mentransformasikan sektor energi menuju efisiensi energi yang jauh lebih tinggi dan penggunaan teknologi rendah karbon secara luas. Meskipun banyak negara yang telah mengambil langkah menuju arah ini, mempercepat dan meningkatkan skala upaya tersebut diperlukan untuk mencapai alur tapak energi berkelanjutan.”

Laporan tersebut mengestimasikan bahwa dalam rangka merealisasikan alur tapak pertumbuhan energi berkelanjutan akan dibutuhkan net tambahan investasi sebesar USD 80 milyar per tahun – angka yang digambarkan sebagai “kendala yang besar”.

Dalam penilaian terhadap kemajuan dalam kawasan ini, laporan tersebut mencatat bahwa beberapa negara, terutama Cina telah memperkenalkan langkah-langkah untuk mengurangi jejak karbonnya. Cina telah menurunkan intensitas energinya sebesar 70% persen selama 25 tahun terakhir ini dan Vietnam juga telah mengalami kemajuan yang signifikan. 

“Kepesatan dan skala urbanisasi memberikan peluang yang tak tertandingi untuk membangun perkotaan yang rendah karbon,” kata Xiaodong Wang, penulis utama laporan dan spesialis energi senior Bank Dunia. “Perangkat teknis dan kebijakan telah ada untuk melakukan transformasi yang diperlukan – yang dibutuhkan adalah kemauan politik dan kerjasama internasional yang tak pernah terjadi sebelumnya untuk memenuhi kebutuhan pendanaannya.”

Diantara rekomendasi utama laporan:

  • Reformasi kebijakan dan kelembagaab untuk merealisasikan potensi efisiensi energi yang sangat besar dalam kawasan ini. Gabungan antara reformasi penetapan harga energi, peratura seperti sasaran intensitas energi pada ekonomi secara keseluruhan dan insentif finansial diperlukan untuk mendorong adanya konservasi energi. Ini merupakan opsi biaya yang paling efisien karena hampir separuh dari stok modal energi kawasan ini (pembangkit listrik, gedung-gedung, jalan) yang diperlukan menjelang tahun 2020 masih akan dibangun.

  • Peningkatan skala energi terbarukan untuk memenuhi sebagian besar kebutuhan energi menjelang 2030. Hal ini dapat direalisasikan melalui kebijakan insentif financial (angina, biomassa, hydro kecil, panas bumi dan sel Surya) atau memberlakukan pajak pada bahan bakar minyak sehingga menyeimbangkan daya saing antara energi terbarukan dan bahan bakar minyak. Saat ini Cina telah menjadi produsen energi terbarukan terbesar di dunia.

  • Mempercepat inovasi dan teknologi bersih baru. Meskipun teknologi yang telah terbukti dapat memenuhi sebagian besar reduksi emisi dalam jangka waktu pendek hingga menengah dan teknologi baru merupakan bagian yang kritis untuk mempercepat penurunan emisi sehingga kurva penurunannya menurun cepat pada jangka panjang setelah 2030. Dengan adanya waktu pendahuluan yang lama untuk pengembangan teknologi, penelitian, pengembangan dan demonstrasi perlu segera ditingkatkan. 
  • Bekerja lintas sektor untuk perencanaan perkotaan yang pintar. Penurunan besar dalam permintaan energi dan emisi CO2 dapat dicapai melalui perencanaan perkotaan yang pintar berdasarkan densitas yang lebih tinggi, kota dengan tata ruang yang lebih compact, dan perencanaan dengan penggunaan gabungan (mixed-use) sehingga memberikan peluang untuk pertumbuhan di sekitar pusat kota dan koridor transit yang mencegah pemekaran kota. Perencanaan perkotaan yang pintar juga perlu diselenggarakan bersamaan dengan transportasi umum dan opsi energi yang bersih seperti gedung yang ramah lingkungan dan kendaraan bermotor yang efisien.
  • Negara maju perlu mentransfer pendanaan dalam jumlah yang substansial dan teknologi rendah karbon. Negara tengah berkembang tidak dapat melakukannya sendiri. Mereka membutuhkan dukungan masyarakat internasional. Konsesi pendanaan yang signifikan dibutuhkan untuk menutup biaya tambahan dan resiko efisiensi energi dan energi terbarukan. Transfer teknologi dan penguatan lembaga juga dibutuhkan. 

 

Untuk informasi lebih terperinci silahkan ke: www.worldbank.org/eap

 

*Negara berpendapatan rendah Cambodia, Lao PDR, Mongolia, Papua New Guinea, Timor-Leste dan negara kepulauan Pasifik akan diliputi dalam laporan lainnya.

Kontak Media
Dalam Washington
Elisabeth Mealey
Telepon: +1 (202) 458-4475
emealey@worldbank.org


Api
Api

Welcome