SIARAN PERS

Indonesia di Jalur Reformasi Logistik menuju Peningkatan Daya Saing

15 Januari 2010




  • meluncurkan dialog publik dan swasta mengenai fasilitasi perdagangan dan logistik;
  • membentuk Tim Logistik Nasional untuk mengatasi biaya perdagangan internasional, dan biaya logistik yang unik sebuah kepulauan besar;
  • meluncurkan Sistem National Single Window.

Dalam seminar tentang logistik perdagangan yang diselenggarakan bersama dengan Tim Logistik Pemerintah, Bank Dunia hari ini mengeluarkan analisis baru mengenai hal lain yang bisa dilakukan untuk meningkatkan kinerja logistik Indonesia dan mengalahkan pesaing di wilayahnya. Menurut Connecting to Compete in Indonesia, kinerja Indonesia secara keseluruhan sejalan dengan tingkat pendapatan per kapita. Jika dibandingkan dengan negara berpendapatan menengah ke bawah lain di wilayahnya, kinerja Indonesia berada di atas rata-rata kelompok dalam tiga bidang: kemudahan mengatur pengiriman; pelacakan dan penelusuran pengiriman dan ketepatan waktu pengiriman.  Namun, peringkat global Indonesia dalam Indeks Kinerja Logistik mengalami penurunan dalam tiga tahun terakhir karena upaya yang lebih kuat oleh negara lain di wilayah ini dalam melaksanakan reformasi yang dapat meningkatkan kinerja logistik. Perbandingan internasional telah menunjukkan bahwa negara-negara dengan kinerja logistik yang lebih baik memiliki pertumbuhan PDB dan pertumbuhan perdagangan yang lebih tinggi.

"Masih ada banyak hal yang harus dilakukan di Indonesia untuk meningkatkan kapasitasnya dalam mengirim barang, terkoneksi ke pasar internasional, dan meningkatkan daya saingnya," ujar Mona Haddad, Sector Manager Bank Dunia di International Trade Department. "Tapi kita benar-benar yakin dengan tindakan pemerintah yang memprioritaskan reformasi logistik perdagangan dalam rencana 100 hari dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah."

Djadmiko, kepala Tim Logistik Nasional mengakui pentingnya reformasi logistik dalam mempercepat pertumbuhan, yang menjadikan Indonesia lebih kompetitif, dan meningkatkan tingkat investasi, "Setelah dua tahun persiapan, pemerintah Indonesia akan segera meluncurkan cetak biru logistik yang ditujukan untuk menangani tindakan jangka pendek dan reformasi jangka panjang di sektor logistik, serta menyediakan strategi yang luas untuk membuat logistik perdagangan domestik dan internasional menjadi lebih efisien."

Menurut laporan ini, biaya pengapalan kontainer 40 kaki dari Padang di pantai Sumatra Barat ke Jakarta saat ini adalah US$600, sedangkan pengiriman kontainer yang sama dari Jakarta ke Singapura memerlukan US$185, walaupun lebih jauh. Di samping itu, perbedaan dalam biaya logistik adalah alasan penting mengapa harga beras di satu provinsi dapat lebih tinggi hingga 64 persen daripada di provinsi lain.

Connecting to Compete in Indonesia mencatat bahwa tindakan diperlukan di sejumlah bidang - terutama pada pengelolaan perbatasan, kinerja sektor jasa (transportasi, logistik dan layanan freight-forwarding), serta infrastruktur logistik secara keseluruhan. Namun, bidang yang paling penting adalah koordinasi antarlembaga dalam melaksanakan reformasi, yang mungkin memerlukan badan yang lebih tinggi dengan mandat yang lebih besar. Area yang telah mengalami peningkatan adalah infrastruktur teknologi informasi dan telekomunikasi, jasa logistik swasta, dan insiden korupsi dalam kegiatan logistik. 

Indikator Kinerja Logistik

Sebagian besar laporan Connecting to Compete in Indonesia didasarkan pada hasil Indeks Kinerja Logistik 2010, yang didasarkan pada survei operator lapangan di seluruh dunia (freigh forwarder global dan express carrier), memberikan umpan balik pada "keramahan" logistik dari negara-negara tempat mereka beroperasi dan mitra dagang mereka. Mereka menggabungkan pengetahuan yang mendalam tentang negara-negara tempat mereka beroperasi dengan penilaian kualitatif atas negara-negara lain yang menjadi mitra dagang mereka, dan pengalaman lingkungan logistik global.

Indonesia menduduki peringkat ke-75 di antara 155 perekonomian yang dinilai dalam Indikator Kinerja Logistik (LPI), suatu penurunan jika dibandingkan dengan peringkat ke-43 pada tahun 2007. Penurunan peringkat ini mencerminkan upaya-upaya yang lebih kuat oleh negara-negara lain dalam memperkenalkan reformasi dan meningkatkan kinerja logistik. Vietnam, India, dan Filipina, semuanya memiliki skor LPI yang lebih tinggi daripada Indonesia meskipun tingkat pendapatan mereka lebih rendah. Namun demikian, Indonesia masih merupakan salah satu dari 8 negara berpendapatan menengah ke bawah dengan kinerja tertinggi pada tahun 2010.

LPI diluncurkan secara global pada 15 Januari 2010.

Image

Kontak Media
Dalam Washington
Elisabeth Mealey
Telepon: (1-202) 458-5964
emealey@worldbank.org
Dalam Jakarta
Randy Salim
Telepon: (62-21) 5299-3259
rsalim1@worldbank.org



Api
Api

Welcome