Skip to Main Navigation
publication 13 April 2021

Perangkat Penilaian Pembelajaran dan Diagnostik untuk Murid Sekolah Dasar Terpencil di Kabupaten Tertinggal di Indonesia

Image

Di Indonesia, hasil belajar murid di daerah terpencil tertinggal dari murid di perkotaan. Kesenjangan ini terjadi lebih besar pada sekolah-sekolah terpencil di daerah tertinggal. Survei Bank Dunia menemukan bahwa hasil belajar murid pada sekolah dasar di lima kabupaten tertinggal yaitu Sintang, Landak, Ketapang, Manggarai Barat, dan Manggarai Timur, tertinggal dua tingkat dari standar kurikulum yang ditargetkan.

Sejak tahun 2016, Bank Dunia telah mendukung pemerintah melaksanakan Program KIAT Guru, yang memberdayakan masyarakat dan mengaitkan tunjangan khusus guru dengan kinerja. Setelah satu tahun implementasi program, evaluasi dampak menunjukkan bahwa KIAT Guru meningkatkan hasil belajar secara signifikan dibandingkan dengan sekolah yang tidak didukung oleh program KIAT Guru.

Adapun perangkat penilaian pembelajaran yang selama ini telah digunakan belum dapat mengidentifikasi tingkat kemampuan murid SD di daerah terpencil terkait rangkaian proses pembelajaran yang dialami.  Oleh karena itu, KIAT Guru mengembangkan dua perangkat penilaian: Student Learning Assesment dan Tes Cepat.

 

Student Learning Assessment (SLA)

  • SLA dikembangkan berdasarkan kurikulum nasional Indonesia tahun 2006 (KTSP 2006) dan kerangka penilaian internasional (TIMSS dan PIRLS). Perangkat penilaian ini dirancang untuk mengukur hasil belajar membaca dan matematika tingkat dasar murid di daerah terpencil di Indonesia.
  • SLA berbeda dengan perangkat penilaian yang telah ada sebelumnya di Indonesia (EGRA, BERMUTU, dan INAP), karena SLA mencakup semua materi membaca dan matematika tingkat dasar, serta disesuaikan untuk mengukur pembelajaran dalam konteks desa terpencil di kabupaten tertinggal. SLA juga mencakup lebih banyak aspek kognitif, yang memungkinkan perangkat untuk mendeteksi perubahan granular pada pengetahuan murid tentang konsep, kemampuan untuk menerapkan pengetahuan dalam konteks tertentu, dan penalaran dalam mempertimbangkan solusi secara kritis pada suatu masalah.
  • SLA telah diujicobakan dan diujikan ke 64.565 murid dari 324 sekolah dasar terpencil di delapan provinsi di Indonesia. Uji coba SLA mencakup sekolah-sekolah daerah terpencil baik di kabupaten yang berkembang maupun tertinggal. Gambar 1 menunjukkan hasil uji coba di tingkat kelas 1, di mana distribusi hasil membaca untuk murid di 270 sekolah terpencil yang didukung KIAT Guru tersebar lebih merata di seluruh rentang kemampuan. Akan tetapi, tes ini lebih mudah bagi murid dari sekolah-sekolah terpencil di Daerah Istimewa Yogyakarta yang merupakan wilayah yang berkembang, dengan rentang hasil tes kemampuan mereka berkisar dari menengah hingga tinggi. Tren ini juga berlaku untuk murid kelas 1 di bidang matematika, seperti yang digambarkan pada Gambar 2, dan di tingkat kelas lainnya.


Gambar 1. Rentang Kemampuan Membaca Murid Kelas 1 di Sekolah Terpencil di Daerah Tertinggal dan Berkembang.

Gambar 2. Rentang Kemampuan Matematika Murid Kelas 2 di Sekolah Terpencil di Daerah Tertinggal dan Berkembang.

 


Tes Cepat

  • Tes Cepat, yang dalam bahasa Inggris berarti 'Quick Test', adalah tes diagnostik cepat dan berisiko rendah pada kemampuan membaca dan matematika kelas dasar, yang dengan cepat memetakan hasil belajar murid sesuai dengan standar kurikulum nasional. Tes ini terdiri dari soal inti tes SLA tetapi diadministrasikan  secara adaptif untuk tingkat pengetahuan murid terlepas dari tingkat kelas mereka.
  • Penyelenggaraan dan diseminasi Tes Cepat dilaksanakan dengan melibatkan orang tua dan anggota masyarakat setempat dalam semangat gerakan penyelenggaraan penilaian berbasis warga.
  • Tes Cepat pada awalnya dikembangkan menggunakan versi tercetak dan digunakan pada 203 sekolah dasar di daerah terpencil. Saat ini telah tersedia Aplikasi Tes Cepat secara digital berbasis Android, yang telah diujicobakan di 410 sekolah untuk memperkuat penyelenggaraan tes, penilaian hasil, dan penyimpanan data secara lokal.
  • Dari masing-masing tingkat kelas, enam murid dipilih secara acak untuk mewakili kemampuan tingkat kelas mereka, dengan pemilihan yang memastikan keseimbangan secara gender. Pertanyaan tersulit yang dapat dijawab oleh murid menandai kompetensi tingkat kemampuan mereka. Hasil tes murid dipetakan ke dalam peta visual (Gambar 3) yang menunjukkan tingkat kemampuan yang mereka peroleh di sepanjang proses belajar. Jika keterampilan murid berada sesuai dengan tingkat kelasnya, maka ia dicatat dalam kotak berwarna hijau. Murid yang tertinggal tercatat di sebelah kiri kotak hijau, begitu pula mereka yang belum mengenal huruf atau belum mengenal angka. Tabel 1 menyajikan contoh hasil Tes Cepat dari suatu sekolah.
 



  • Hasil Tes Cepat memberikan informasi  hasil belajar kepada orang tua murid setiap semesternya, yang dapat dibandingkan dengan sekolah lain. Tes ini adalah perangkat advokasi yang kuat untuk meningkatkan akuntabilitas pendidikan. Dalam program KIAT Guru, hasil Tes Cepat meningkatkan kesadaran, harapan, dan keterlibatan orang tua pada pendidikan anak-anak mereka.
  • Tes Cepat merupakan tes adaptif yang pertama di Indonesia. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah mengembangkan aplikasi versi digital yang diadaptasi dari Tes Cepat, yaitu AKSI Sekolah yang tersedia bagi seluruh sekolah di Indonesia.

 

Publikasi terkait SLA dan Tes Cepat tersedia di bawah ini.

Publikasi Student Learning Assessment (SLA):

Publikasi Tes Cepat: