ARTIKEL

Sebuah Babak Rekonstruksi Berakhir, Delapan Tahun setelah Tsunami

26 Desember 2012


Image

Proses rekonstruksi yang sangat berhasil di Aceh telah memberikan pelajaran yang sangat berharga bagi Indonesia dan dunia dalam hal tanggap bencana. Lihat slideshow foto


PESAN UTAMA
  • Delapan tahun lalu, sebuah tsunami besar melanda Aceh yang mengakibatkan lebih dari 221.000 penduduk meninggal atau dinyatakan hilang.
  • Pendekatan yang digunakan selama proses rekonstruksi terbukti sangat berhasil, dan sekarang telah mengubah Aceh.
  • Pengalaman di Aceh telah memberikan pelajaran sangat berharga bagi Indonesia dan dunia dalam hal tanggap bencana.







Jakarta, 26 Desember 2012
- Mereka yang berkunjung ke Banda Aceh, pasti akan terpukau melihat gedung-gedung yang baru dicat, jalan yang beraspal, dan pertokoan yang ramai. Banyak yang telah berubah sejak delapan tahun terakhir, ketika sebuah gempa dan tsunami pada 26 Desember 2004 menghancurkan kota ini juga sebagian besar pesisir Aceh. Secara keseluruhan, 286.000 orang di 14 negara meninggal dunia, termasuk 221.000 yang meninggal atau hilang di Aceh. Bencana ini masih ditambah lagi dengan gempa bumi yang melanda Nias, pada Maret 2005.

Statistik di atas merupakan sesuatu yang mengenaskan ketika kita mengingat kembali bencana tersebut. Namun, hari ini, delapan tahun setelah proses rekonstruksi dan perubahan sosial politik yang besar di Aceh, kita bisa berpaling dari kerusakan yang terjadi dan melihat hal-hal baik yang telah terjadi sejak hari itu. Bencana dan pekerjaan yang belangsung selama tahunan, membawa dampak tidak hanya di Aceh, tapi telah memberikan pelajaran berharga bagi dunia.

Proses rekonstruksi yang sangat berhasil

Aceh saat ini merupakan tempat yang berbeda. Hasil dari biaya yang besar, organisasi yang baik, dan kerja keras bersama. Hampir $7 milyar kontribusi dari pemerintah Indonesia dan donor internasional telah membantu aktivitas rekonstruksi. Hampir 10 persen dana tersebut disumbangkan oleh Multi Donor Fund for Aceh and Nias (MDF) yang dikelola oleh Bank Dunia, dan secara keseluruhan mengumpulkan dana dari 15 donor dan menjadi mekanisme yang efektif untuk mengelola dana tersebut. MDF akan mengakhiri masa kerjanya pada akhir tahun 2012, yang menandai selesainya manday yang diberikan untuk mendukung proses rekonstruksi.

Terciptanya perdamaian

Tsunami yang terjadi mengakhir konflik yang telah berlangsung selama hampir tiga dekade di Aceh. Konflik yang telah membawa korban 15.000 ribu jiwa dan membuat Aceh terputus dari wilayah lain di Indonesia, yang membuat terbatasnya peluang ekonomi di provinsi tersebut. Tingginya skala kerusakan akibat dari tsunami, telah ikut menciptakan perjanjian perdamaian pada tahun 2005 dan pemilihan gubernur pertama di Aceh. Perdamaian telah berlangsung selama tujuh tahun dan dalam kurun waktu tersebut telah berlangsung dua pemilihan kepala daerah. Perdamaian juga membuka isolasi Aceh sehingga membuka pintu untuk berlangsungnya pembangunan, investasi, dan integrasi ekonomi dengan daerah lain di Indonesia dan dunia.

Kepiawaian Indonesia dalam tanggap bencana

Pemerintah Indonesia yang memimpin proses rekonstruksi, kembali menghadapi beberapa bencana alam setelah tsunami di Aceh, yang diawali gempa bumi di Aceh pada tahun 2005. Antara 2008 dan 2010, Pulau Jawa dilanda gempa bumi, tsunami, dan letusan gunung berapi. Pada berbagai bencana tersebut, pemerintah Indonesia kembali menerapkan pelajaran berharga yang di dapat saat rekonstruksi di Aceh. Proses ini membuat pemerintah memiliki keterampilan yang baik dalam hal kesiapsigaan dan tanggap bencana. Pengetahuan yang sekarang dimiliki ikut menciptakan dibentuknya kebijakan dan institusi pemerintah, seperti Badan Nasional Penanggulangan Bencana dan Indonesia Disaster Fund yang dibentuk berdasarkan model MDF. Pemerintah juga mendapat pengalaman berharga dalam mengelola kemitraan internasional.

Pendekatan yang berhasil

MDF telah berkontribusi pada pengalaman Indonesia dalam hal mengelola dan kesiapsiagaan bencana. Beberapa unsur penting adalah:

  • rekonstruksi dilakukan dalam beberapa tahap, dimulai dengan membangun kembali rumah dan masyarakat, kemudian membangun infrastruktur, hingga akhirnya membangun kembali ekonomi setempat yang disesuaikan dengan kebutuhan tiap tahap.
  • menggunakan pendekatan berbasis masyarakat saat membangun kembali rumah dan infrastruktur lokal untuk memaksimalkan efektivitas pemulihan masyarakat.
  • memasukkan unsur-unsur lintas sektor  dalam semua proyek, termasuk unsur pengurangan risiko bencana, meningkatkan kapasitas, gender, perlindungan lingkungan hidup, dan meningkatkan mutu rekonstruksi.

Berbagai pendekatan tersebut, yang dimulai saat di Aceh, telah direplikasi dan diuji coba di berbagai  wilayah Indonesia serta dipelajari negara-negara lain saat mereka merancang strategi tanggap bencana.

Melihat masa depan

Karena kondisi geografisnya, Indonesia pasti akan terus menghadapi bencana alam di masa depan. Namun, ketika bencana yang berikut terjadi, Indonesia akan lebih siap untuk menghadapinya. Dengan kesiapan yang sekarang dimiliki, banyak nyawa yang bisa diselamatkan juga biaya rekonstruksi yang bisa dihindari. Masyarakat Aceh, yang telah membayar harga sangat mahal delapan tahun lalu, sekarang bisa memberikan pengalaman dan pengetahuan yang sangat berharga kepada Indonesia dan dunia.

Untuk informasi lebih lanjut, silakan lihat www.multidonorfund.org 



Api
Api

Welcome