Almira merupakan satu dari 126 siswa di sebuah madrasah di kawasan kumuh di Jakarta. Toilet siswi di sekolah tersebut engsel pintunya telah rusak, tanpa kenop atau kunci, tidak terdapat ventilasi udara dan selotip yang berfungsi menutupi beberapa lubang.
"Saya tidak merasa aman saat menggunakan toilet," kata Almira.
Pedoman WHO merekomendasikan keberadaan satu toilet untuk setiap 25 murid. Fasilitas air, sanitasi, dan kebersihan (WASH) yang tidak memadai di sekolah dapat berdampak negatif pada kesehatan, kehadiran, dan perkembangan peserta didik. Meski terkait secara langsung, pendanaan untuk fasilitas ini masih tidak memadai di sekolah-sekolah Indonesia. Sebuah proyek yang didukung Bank Dunia, Realizing Education's Promise: Support to Indonesia's Ministry of Religious Affairs for Improved Quality of Education, yang disetujui pada tahun 2019, membantu meningkatkan infrastruktur madrasah di Indonesia, seperti fasilitas air, sanitasi, dan kebersihan.
Pandemi COVID-19 menyadarkan kita akan pentingnya peningkatan standar kebersihan dan kesehatan guna mencegah penularan penyakit. Pada bulan April, empat kementerian Indonesia – Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), Kementerian Agama (Kemenag), Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dan Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) – membuat kesepakatan jika sekolah ingin dibuka kembali, perlu memastikan kebersihan toilet dan keberadaan fasilitas cuci tangan yang layak untuk mencegah penyebaran virus.
Namun banyak sekolah yang menghadapi kesulitan untuk menerapkan pedoman tersebut dikarenakan masih banyak yang belum memiliki toilet layak dan wastafel dengan air mengalir dan sabun, bahkan sejak sebelum pandemi.
Sebuah studi Bank Dunia tahun 2021 yang didukung oleh Pemerintah Australia, mendokumentasikan bahwa tantangan tersebut dihadapi oleh sekolah-sekolah di Indonesia. Studi menemukan bahwa 75 persen sekolah Indonesia tidak memenuhi rasio standar siswa dan toilet dari WHO. Untuk sekolah yang telah memenuhi standar rasio, 45 persennya masih belum memiliki sabun dan air mengalir. Studi ini juga menemukan bahwa madrasah masih tertinggal dari sekolah umum dalam jumlah rata-rata ketersediaan toilet.
Berdasarkan observasi tim Bank Dunia yang berkunjung ke Lombok, Banten, Jakarta, Jawa Timur, Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Sulawesi Selatan, kondisi tersebut lebih mengkhawatirkan di daerah pedesaan.
Ketika di Lombok, tim Bank Dunia bertemu siswa madrasah bernama Hafiz, di mana dia dan 200 teman sekelasnya hanya memiliki akses ke satu buah toilet yang sudah tidak terawat. Selanjutnya, di madrasah lain yang kami dikunjungi, terdapat toilet yang kurang penerangan dan dikelilingi oleh sisa bahan bangunan dan sampah. Selain itu, tim juga memiliki laporan bahwa ada siswa madrasah di Jawa Timur yang sering kali menggunakan sungai terdekat sebagai toilet karena sekolah tidak memiliki toilet yang dapat dipakai.
Di Lombok, kondisi toilet madrasah yang kurang baik. Foto: Karin Thalia/Bank Dunia
Dukungan Bank Dunia melalui skema Bantuan Kinerja dan Bantuan Afirmasi (BKBA) mendorong peningkatan fasilitas sekolah dan lingkungan belajar. Melalui skema ini, madrasah mampu meningkatkan ketersediaan toilet bersih dengan keran air mengalir dan sabun serta mematuhi protokol kesehatan terkait COVID-19. Di tahun 2022 terdapat 2.302 madrasah yang masing-masing telah menerima dana hibah 150 juta rupiah untuk membangun atau merenovasi infrastruktur seperti fasilitas WASH guna memenuhi kebutuhan sanitasi dasar siswa sehari-hari.