SIARAN PERS

Indonesia mampu lewati gejolak keuangan global, namun risiko tetap tinggi

13 Juli 2012




Jakarta, 12 Juli 2012 - Indonesia mampu lewati gejolak perekonomian global saat ini dengan pertumbuhan tahun 2012 diproyeksikan kuat di 6 persen, menurut skenario dasar (baseline) dalam laporan Bank Dunia yang diluncurkan hari ini.

Namun, gejolak aliran modal portfolio dan pasar saham menunjukkan bahwa ekonomi Indonesia tidak kebal dari ketidakpastian di Eurozone.

Harga-harga komoditas ekspor utama Indonesia seperti batubara, karet, minyak sawit, dan tembaga telah menurun, hampir mencapai 20 per sen, menyumbang terhadap melemahnya ekspor dan bergeraknya neraca berjalan kearah defisit.  Rupiah terus melemah, turun sekitar 10 per sen terhadap US dolar sejak Agustus 2011.

"Meskipun Indonesia masih menikmati pertumbuhan kuat dibandingkan dengan negara-negara ekonomi berkembang lainnya, berkat kuatnya konsumsi domestik dan investasi, namun Indonesia tidak dapat menghindar dari dampak penurunan ekonomi global, terutama jika harga komoditas dunia dan permintaan seperti dari Cina terkena dampaknya” ucap Kepala Perwakilan Bank Dunia untuk Indonesia, Stefan Koeberle.

Menuju 2013, proyeksi baseline untuk pertumbuhan adalah 6.4 per sen.  Namun, krisis ekonomi global yang parah dapat menekan pertumbuhan turun ke sekitar 4 per sen.

Dengan gejolak pasar keuangan internasional tampaknya akan terus berlanjut dalam jangka pendek, meningkatkan kesiapan menghadapi krisis harus menjadi prioritas kebijakan, kata laporan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia edisi Juli 2012 mengingatkan.

Pemerintah Indonesia telah membuat kemajuan penting, seperti telah mempersiapkan protokol manajemen krisis (crisis management protocol) dan mengatur pembiayaan kontingensi bagi pemerintah jika terjadi pengetatan kondisi pasar. Namun, pekerjaan lebih lanjut dapat dilakukan.

Persiapan rencana kebijakan fiscal, sebagai contoh, belanja untuk mendukung ekonomi dan melindungi masyarakat miskin, harus dimulai sekarang, sehingga mereka dapat dilaksanakan secara cepat ketika krisis terjadi.

Kejelasan dan konsistensi kebijakan juga dapat meningkatkan kepercayaan investor, dan langkah-langkah kebijakan dalam perdagangan dan investasi baru-baru ini yang membatasi impor barang-barang tertentu dan mengeluarkan peraturan-peraturan baru membawa risiko mengirimkan sinyal yang tidak seragam tentang reformasi.

"Indonesia menghadapi tantangan ganda yakni meningkatkan kesiapan menghadapi krisis untuk menghadapi goncangan jangka pendek , dan pada saat bersamaan mendukung pertumbuhan jangka menengah. Hal ini akan membutuhkan melanjutkan reformasi struktural dan investasi, yang dapat meningkatkan rasa percaya diri investor, di saat yang mungkin paling dibutuhkan,” ucap Ekonom Utama Bank Dunia untuk Indonesia, Shubham Chaudhuri. “Tidak ada ruang untuk rasa puas diri di lingkungan pasar yang rentan saat ini.”

Peluncuran laporan ini disertai dengan diskusi panel dengan tema “Indonesia tumbuh dalam lingkungan global yang lebih rentan” yang termasuk Direktur Pelaksana Bank Dunia Sri Mulyani Indrawati, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal, M. Chatib Basri, Wakil Menteri Keuangan Indonesia Mahendra Siregar, dan.Sofyan Wanandi, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo)

Kontak Media
Dalam Jakarta
Dini Sari Djalal
Telepon: +62 21 5299-3156
ddjalal@worldbank.org
Dalam Washington
Carl Hanlon
Telepon: (202) 458-2295
chanlon@worldbank.org



Api
Api

Welcome