ARTIKEL12 November 2025

Arah Baru: Upaya Kota Dumai dalam Penyediaan Air Bersih di Indonesia

Di Dumai, kota yang terletak di wilayah pesisir di Indonesia, air bersih pernah menjadi barang mewah. Warga masyarakat seperti Dede Handayani, ibu dari dua orang balita, pernah harus mengeluarkan banyak biaya untuk mendapatkan air bersih. Dede harus membayar hingga sekitar Rp1 juta per bulan, dengan mengandalkan air dari sumur untuk keperluan mencuci dan kebun, dan dari truk tanki untuk keperluan minum dan masak keluarganya. Setiap hari Dede harus berjuang, menghabiskan waktu, energi dan biaya.

Para pemilik usaha di Kota Dumai saat itu mengalami kesulitan untuk menjaga kebersihan, sementara penyedia layanan air perpipaan kota, Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Dumai Berseri, menghadapi tantangan yang semakin besar. “Kami membutuhkan investasi dalam jumlah besar untuk meningkatkan sistem pengolahan air kami” kata Agus Adnan, Direktur Utama PDAM. “Tetapi kami juga harus dapat menjaga agar tarif air tetap terjangkau bagi masyarakat.”

Kisah Kota Dumai bukanlah kisah yang unik. Di banyak tempat di Indonesia, urbanisasi yang terjadi secara cepat serta kondisi geografis yang meliputi lebih dari 17 ribu pulau dan 90 ribu kilometer garis pantai  menjadikan akses air sebagai suatu tantangan yang rumit. Meskipun Indonesia memiliki banyak sumber air tawar, hampir setengah dari penduduk Indonesia memiliki akses yang terbatas pada air bersih, dan lebih dari 70 persen populasi bergantung kepada sumber-sumber air yang berpotensi tercemar. Hanya sekitar sepertiga dari jumlah penduduk perkotaan memiliki akses terhadap air perpipaan.

The World Bank

Kualitas air di Dumai sebelum penyaringan. Foto: Matahati/World Bank

Menyadari pentingnya upaya penanganan air bersih ini, Pemerintah Indonesia melaksanakan National Urban Water Supply Project (NUWSP) dengan dukungan Bank Dunia dan mitra pembangunan lainnya. Proyek tersebut bertujuan meningkatkan akses kepada air perpipaan dan meningkatkan kapasitas dan kinerja PDAM perkotaan.

“Sejak tahun 2018, kami bekerja sama secara baik dengan Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan dan Bank Dunia”, kata R. Satria Alamsyah, Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kota Dumai. “Di tahun 2020, pembangunan instalasi pengolahan air yang baru telah selesai dibangun”.

Hasil yang dicapai mendorong perubahan lebih lanjut. PDAM Dumai Berseri berhasil memperluas pelayanannya dari hanya 200 pelanggan di tahun 2019 menjadi hampir 10.000 pelanggan rumah tangga dan berbagai usaha di tahun 2024, secara signifikan meningkatkan pendapatan dan merubah kondisi keuangan PDAM tersebut – dari sebelumnya merugi menjadi perusahaan yang dapat sepenuhnya menutup biaya operasionalnya. Dengan situasi yang membaik ini, PDAM Dumai Berseri dapat sepenuhnya membayar gaji karyawan dan bahkan merekrut lebih banyak karyawan untuk mendukung kegiatan operasional, menciptakan lapangan kerja dan membuka banyak peluang bagi masyarakat setempat. “Operasional kami sekarang lebih efisien, mudah dan lebih mudah dipantau”, kata Adnan.

Bagi warga masyarakat seperti Dede Handayani, perubahan tersebut juga telah mendukung perbaikan kehidupan mereka. “Tadinya, kami harus mengeluarkan biaya sekitar Rp1 juta per bulan untuk membeli air dari truk tanki yang kadang-kadang kualitasnya kurang baik. Sekarang kami membayar sekitar Rp250 ribu per bulan untuk kualitas air yang jauh lebih baik dan aman untuk dikonsumsi,” kata Dede. “Sekarang saya tidak perlu membuang waktu berjam-jam untuk mencari air bersih, dan bisa meluangkan lebih banyak waktu bersama anak-anak saya dan membantu mereka belajar”.

Sekarang Dede Handayani bisa menggunakan air keran untuk keperluan mencuci, minum dan memasak sehari-hari. Foto: Matahati/World Bank

Tadinya, kami harus mengeluarkan biaya sekitar Rp1 juta per bulan untuk membeli air dari truk tanki yang kadang-kadang kualitasnya kurang baik. Sekarang kami membayar sekitar Rp250 ribu per bulan untuk kualitas air yang jauh lebih baik dan aman untuk dikonsumsi.
Fatimetou Mint Mohamed
Dede Handayani
Warga Dumai
The World Bank

Proses pengolahan/penyaringan air dari air gambut menjadi air bersih yang aman untuk digunakan.

Matahati/World Bank

Proyek tersebut juga memberi manfaat bagi pengusaha setempat. “Sebelumnya, kami tidak bisa mengandalkan penggunaan air bersih yang ada,” kata Salman, yang berjualan salad buah dan air kelapa. “Sekarang, kami bisa langsung mencuci peralatan dan lebih percaya diri dalam melayani pelanggan”.

Pendekatan NUWSP menggabungkan investasi yang lebih tepat sasaran dengan bantuan teknis dan pemberian insentif bagi pemerintah daerah dan PDAM. NUWSP mendorong pemerintah kota/ daerah untuk berinvestasi dan memanfaatkan pendanaan dari sumber-sumber non-pemerintah, seperti pinjaman perbankan dan dari sektor swasta. Secara keseluruhan, NUWSP berhasil memobillisasi sekitar US$160 juta (sekitar Rp 2,6 miliar) dana non-publik, yang berasal dari 21 PDAM yang berhasil mengakses pembiayaan dari sumber-sumber dana non-publik.

Keberhasilan Kota Dumai juga mengundang ketertarikan pihak swasta. “Sektor industri di Kota Dumai merasa senang”, kata Indra Gunawan, Sekretaris Daerah Kota Dumai. “Sekarang kami bisa menjamin ketersediaan air bersih. Kami berharap akan ada lebih banyak investasi dan pelaku usaha yang datang menciptakan lebih banyak lapangan pekerjaan serta mendukung pertumbuhan ekonomi.”

The World Bank

Kios air kelapa milik Salman juga mendapatkan manfaat dari air bersih PDAM. Foto: Matahati/World Bank

Proyek NUWSP juga memperkenalkan inovasi teknologi, termasuk teknologi Hollow Fibre Nano Filtration (HFNF) untuk mengolah air gambut, yang pertama kali diterapkan di Indonesia. Air gambut memiliki karakteristik tertentu yang sulit diolah dengan menggunakan teknologi konvensional. Hal ini disebabkan oleh pH air gambut yang tinggi dan warnanya yang khas karena adanya kandungan zat organik. Penerapan teknologi HFNF yang digabungkan dengan penyesuaian pH secara sederhana, efektif menghilangkan kandungan organik dan patogen, menjadikan air lebih bersih dan aman.

Pada saat proyek berakhir di bulan November 2024, lebih dari 8,4 juta penduduk Indonesia, termasuk di dalamnya 4.2 juta perempuan, merasakan manfaat dari adanya akses yang lebih baik terhadap air bersih. Setidaknya 20 persen dari penerima manfaat ini adalah mereka yang beraasal dari rumah tangga perkotaan yang berpenghasilan rendah.

Dukungan terarah NUWSP dilakukan tidak hanya pada investasi infrastruktur, tetapi digabungkan dengan dukungan terarah berupa bantuan teknis dan peningkatan kapasitas untuk meningkatkan kinerja dan kelayakan kredit (credit worthiness) PDAM. Dengan dukungan dari Global Water Security & Sanitation Partnership (GWSP) dan kolaborasi dengan mitra pembangunan lainnya, modul-modul pelatihan diperbaharui dan beberapa perangkat/alat bantu seperti Utility of the Future dan Credit Worthiness for Utility   telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia. Hasilnya, seluruh PDAM yang terlibat dalam proyek memperlihatkan adanya peningkatan kinerja, dan 41 diantaranya berhasil naik ke kategori peringkat kinerja yang lebih baik.

The World Bank

Air bersih PDAM di Dumai. Foto: Matahati/World Bank

Dampak yang dirasakan tidak hanya terkait sektor air. Pemenuhan layanan air yang aman untuk digunakan di tingkat nasional diharapkan dapat mendorong PDB Indonesia sebesar hingga 1.2 persen di tahun 2045 dan mengurangi beban sistem kesehatan masyarakat. Model NUWSP yang dapat dikembangkan lebih lanjut sejalan dengan agenda jangka panjang Indonesia untuk kemandirian dan ketahanan air dan dapat dijadikan cetak biru bagi berbagai daerah lainnya.

Perjalanan Kota Dumai menjadi contoh yang memperlihatkan bahwa dengan dukungan dan insentif yang tepat, upaya untuk mengubah arah terkait peningkatan akses untuk air bersih dapat berjalan baik saat masyarakat, pemerintah, dan para mitra bekerja bersama.

Blog

    loader image

TERBARU

    loader image