Skip to Main Navigation
SIARAN PERS 17 Desember 2020

Dukungan bagi Kesehatan Masyarakat serta Rumah Tangga dan Pelaku Usaha Terdampak Penting bagi Pemulihan yang Pasti dan Cepat

Jakarta, 17 Desember 2020 – Indonesia akan mengakhiri tahun 2020 dengan resesi pertamanya dalam dua dekade, namun tanda-tanda pemulihan semakin nyata, didorong oleh meningkatnya konsumsi dan peningkatan belanja publik secara signifikan, menurut laporan Indonesia Economic Prospect terbaru yang berjudul Menuju Pemulihan yang Aman dan Cepat.

Perekonomian diperkirakan mengalami kontraksi sebesar 2,2 persen tahun ini, terkoreksi menurun dari angka proyeksi pada bulan September sebesar 1,6 persen, akibat tetap diberlakukannya pembatasan sosial berskala besar seiring terus meningkatnya jumlah kasus COVID-19. Akan tetapi, pertumbuhan diharapkan kembali meningkat pada tahun 2021, dengan perekonomian tumbuh sebesar 4,4 persen jika pembatasan mobilitas secara perlahan dilonggarkan disertai adanya vaksin yang efektif dan aman yang tersedia secara luas, sehingga membantu meningkatkan kepercayaan konsumen dan dunia usaha.

Angka-angka proyeksi tersebut masih tidak pasti, dengan berlanjutnya dinamika pandemi ini baik di Indonesia maupun di luar negeri. Laporan ini juga menekankan bahwa kinerja jangka-menengah Indonesia akan bergantung pada langkah-langkah untuk memitigasi berbagai dampak negatif dari krisis ini terhadap investasi, produktivitas, dan modal manusia.

“Pemerintah Indonesia telah mengambil tindakan yang tepat dalam menanggapi krisis COVID-19 sehingga telah menyelamatkan banyak nyawa dan mata pencaharian,” ungkap Satu Kahkonen, Direktur Bank Dunia untuk Indonesia dan Timor-Leste. “Langkah-langkah lebih lanjut untuk meningkatkan efektivitas tanggap krisis dan mendukung reformasi struktural akan dilakukan berlandaskan berbagai upaya ini, demi suatu pemulihan yang pasti.”

Laporan ini menempatkan kesehatan masyarakat sebagai prioritas tertinggi, agar perekonomian dapat pulih dan bergerak menuju pembukaan kembali secara aman. Hal ini memerlukan adanya perbaikan secara terus-menerus pada pengujian dan penelusuran kontak serta langkah-langkah kesehatan masyarakat lainnya, juga persiapan proses pengadaan dan pemberian vaksin yang efektif dan aman, segera setelah vaksin dikembangkan dan disetujui.

Dukungan bagi rumah tangga maupun pelaku usaha yang terdampak perlu dilanjutkan hingga krisis ini dapat dikendalikan, disertai mekanisme-mekanisme yang lebih kuat untuk memastikan kelayakan berbagai program dan mengidentifikasi maupun mendaftarkan masyarakat miskin dan rentan. Tanpa adanya bantuan sosial yang layak, tahun ini sekitar 8,5 juta rakyat Indonesia dapat kembali masuk ke dalam kemiskinan akibat krisis COVID-19.

Laporan ini juga merekomendasikan untuk memberi prioritas pada reformasi sistem perpajakan sebagai cara untuk meringankan tekanan fiskal agar tersedia sumber daya untuk mendukung proses pemulihan Indonesia. Hal ini dapat dicapai dengan meningkatkan pajak penghasilan bagi mereka yang memiliki pendapatan terbesar dan menaikkan cukai untuk produk-produk yang mengakibatkan dampak negatif bagi kesehatan maupun lingkungan – seperti bahan bakar fosil, tembakau, minuman berpemanis gula dan kantong plastik.

Edisi kali ini juga membahas kebijakan ketahanan pangan di Indonesia, termasuk berbagai strategi yang mungkin diterapkan untuk memperkuat sistem pertanian dan sistem pangan negara ini. Harga pangan di Indonesia termasuk salah satu yang tertinggi di Asia, dan tantangan utama sektor ini adalah membuat harga pangan semakin terjangkau serta meningkatkan nilai gizi pangan, terutama bagi segmen masyarakat yang miskin. Rekomendasi laporan ini, di antaranya adalah perpindahan fokus dari peningkatan output menuju peningkatan produktivitas tanaman pangan dan ternak, peningkatan diversifikasi tanaman pangan, dan secara berangsur mengurangi perlindungan bagi pasar domestik dengan pembatasan impor dan menuju pemberian dukungan agar daya saing sektor pertanian semakin meningkat.   

“Pandemi ini telah menciptakan peluang untuk mentransformasi sistem pertanian-pangan di Indonesia. Untuk mencapainya akan membutuhkan perpindahan fokus dari swasembada beras dan makanan pokok, menuju pada keseimbangan yang lebih baik antara ketersediaan, harga yang terjangkau, dan makanan berkualitas bagi semua, dengan didukung oleh berbagai kebijakan baru serta belanja publik yang lebih baik,” kata Ralph Van Doorn, Ahli Ekonomi Senior Bank Dunia untuk Indonesia.

Laporan Indonesia Economic Prospects ini terselenggara berkat dukungan dari Departemen Luar Negeri dan Perdagangan Australia.


Kontak

Jakarta
Lestari Boediono
+62-21-5299-3156
lboediono@worldbank.org
Api
Api