ARTIKEL

Indonesia: Perlu Sungai yang Bersih untuk Tingkatkan Ketahanan Air dan Pangan

22 Maret 2012


PESAN UTAMA
  • Indonesia: Perlu Sungai yang Bersih untuk Tingkatkan Ketahanan Air dan Pangan
  • Menurut studi Bank Dunia, tiap tahun Indonesia mengalami kerugian sebesar $6.3 milyar akibat sanitasi buruk karena rendahnya mutu air.
  • Dengan semakin banyaknya penduduk, diperlukan penerapan peraturan yang lebih baik agar mutu air meningkat sehingga ketahanan pangan terjaga.

Bandung, 22 Maret 2012 – Dua tahun lalu, Wiwin dan beberapa perempuan di lingkungannya membentuk sebuah kelompok untuk membantu membersihkan Sungai Cikapundung yang mengalir di dekat rumah mereka. Kelompok mereka bernama Bugasil, atau Ibu-ibu Gang Siliwangi, sesuai tempat tinggal mereka di Bandung. Setiap hari Sabtu Bugasil membantu mengumpulkan sampah dari rumah-rumah di lingkungan mereka. Sekitar 84 rumah menggunakan jasa mereka dengan membayar Rp 5.000 per bulan. “Kami membentuk kelompok ini karena dulu warga membuang sampah rumahtangga langsung ke sungai,” kata Wiwin. “Kita perlu menjaga kebersihan sungai karena masih menggunakan sumur, dan polusi bisa meresap ke sumur kami.”

Air bersih menjadi masalah yang semakin besar di Jawa Barat
Lingkungan tempat tinggal Wiwin bukan satu-satunya yang telah melakukan inisiatif untuk membersihkan sungai. Sudah ada sekitar 42 kelompok di Bandung dengan misi yang sama. Kelompok-kelompok tersebut terbentuk akibat kebutuhan dari masyarakat sendiri karena sungai-sungai di Jawa Barat semakin tercemar.

Menurut Kepala Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah Jawa Barat, Setiawan Wangsaatmaja, keseluruhan tujuh sungai utama di Jawa Barat sekarang masuk kategori cemar berat. Sumber utama pencemaran organik adalah limbah domestik yang berasal dari buangan manusia dan deterjen. “Semakin banyak orang yang tinggal di sepanjang daerah aliran sungai, sehingga menghasilkan limbah dan polusi yang semakin banyak,” kata Setiawan. Setelah limbah domestik, sumber utama pencemaran adalah limbah industri, pertanian dan peternakan.

Berbagai peraturan untuk menjaga kebersihan sungai telah dibuat namun polusi terus bertambah. “Semua peraturan di semua tingkat pemerintahan sudah ada. Yang kami perlukan sekarang adalah penerapan yang lebih baik,” kata Setiawan. BPLHD Jawa Barat juga berencana melakukan penelitian mengenai berbagai dampak rendahnya mutu air dan sanitasi terhadap kesehatan masyarakat untuk mengadvokasi upaya yang lebih besar dalam mencegah polusi.

Sungai-sungai di Jawa Barat memiliki nilai yang semakin besar karena merupakan sumber air untuk daerah lain, termasuk Jakarta yang berjarak sekitar 150 km. Perusahaan Daerah Air Minum di Bandung sekarang mengeluarkan Rp 28 milyar untuk menghasilkan air minum dari sungai-sungai dengan kondisi seperti Sungai Cikapundung. “Pengeluaran kami termasuk sangat besar dibandingkan fasilitas lain dengan air baku yang tidak terlalu tercemar,” kata Pian Sopian, Direktur Utama PDAM Bandung. Ia menambahkan, “Biaya pemrosesan air minum telah naik 10 persen akibat pencemaran berat.”

Mengatasi tantangan rendahnya kualitas air dan sanitasi
Dengan limbah domestik menjadi pencemar utama di sungai-sungai Jawa Barat, kaitan antara kualitas air dan sanitasi menjadi jelas. Dengan adanya sanitasi yang lebih baik, biaya tinggi untuk memproses air bisa berkurang secara signifikan.

Program Air dan Sanitasi Bank Dunia telah melakukan Economics of Sanitation Initiative (ESI), yang untuk pertama kalinya menunjukkan tingginya dampak ekonomi dari sanitasi yang buruk. Indonesia mengalami kerugian sebesar $6,3 milyar setiap tahunnya, setara dengan 2,3% produk domestik bruto negara. Studi ini memberi para pembuat keputusan bukti dari aspek ekonomi mengenai pentingnya meningkatkan volume dan efisiensi pengeluaran publik dan swasta untuk sanitasi.

Saat kita memperingati Hari Air Sedunia, perlu diingat bahwa tema tahun ini, yaitu air dan ketahanan pangan, sangat relevan dengan Indonesia. Penduduk yang terus bertambah menciptakan kebutuhan pangan yang lebih tinggi, dan ini memerlukan mutu air yang lebih baik. Kondisi di daerah aliran sungai Cikapundung menjadi satu contoh. “Meningkatnya jumlah penduduk Indonesia dan pertumbuhan ekonomi yang kuat menciptakan kebutuhan air yang tinggi di kota serta industri dan pertanian. Semuanya kebutuhan meningkatkan dan terjadi kompetisi untuk memperoleh air,” kata Almud Weitz, Pimpinan Regional Asia Timur Program Air dan Sanitasi Bank Dunia.



Api
Api

Welcome