Skip to Main Navigation
publication 13 Desember 2018

Laporan Triwulanan Perekonomian Indonesia, Desember 2018: Memperkuat Daya Saing


 
  • Investasi menguat dengan adanya investasi konstruksi yang lebih kuat. Sementara konsumsi masyarakat sedikit menurun, kenaikan konsumsi pemerintah mempertahankan pertumbuhan konsumsi secara keseluruhan.
  • Rupiah terdepresiasi hingga bulan Oktober, dan mencapai titik terendah Rp 15.237 per USD pada 30 Oktober. Untuk periode tahun ini hingga September, Rupiah terdepresiasi 8,2% secara nominal dan 7,6% secara riil.
  • Meskipun harga minyak tinggi pada kuartal ketiga, inflasi turun dari rata-rata 3,3% tahun-ke-tahun pada kuartal kedua menjadi rata-rata 3,1% pada kuartal ketiga. Hal ini sebagian besar akibat baseline yang tinggi dengan adanya kenaikan tarif listrik tahun lalu
  • . Permintaan domestik yang lebih kuat, akibat peningkatan belanja sosial dan pasar tenaga kerja yang kuat, diperkirakan akan lebih besar dari pada hambatan sektor eksternal.
  • Risiko turunnya proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap besar. Ketegangan perdagangan global antara Amerika Serikat dan Tiongkok telah mereda tetapi dapat kembali jika negosiasi yang sedang berlangsung gagal mencapai kesepakatan. Kembalinya ketegangan akan membawa risiko besar bagi Indonesia dengan adanya sektor eksternal yang lebih lemah dan harga komoditas yang rendah. Siklus pengetatan Federal Reserve AS juga meningkatkan risiko arus keluar modal dan gejolak keuangan di antara negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.
  • Edisi kali ini juga membahas. Rekomendasi kebijakan meliputi:
    • Kembali menurunkan hambatan impor, termasuk hambatan tarif dan non-tarif yang mengakibatkan harga lebih tinggi bagi konsumen dan perusahaan, serta membuat perusahaan kurang kompetitif.
    • Memfinalisasi perjanjian perdagangan bebas, yang dapat mempercepat reformasi kebijakan dan meningkatkan akses pasar bagi produk Indonesia.
    • Mengurangi hambatan-hambatan utama bagi investor asing, yang membatasi investasi dan persaingan yang merusak daya saing sektor yang dilindungi.